Senin, 20 Maret 2017

JANGAN PERNAH MENYERAH

Usiaku 39 tahun, 4 tahun yang lalu..

"Bapak dan Ibu sudah selesai melempar jumroh.  Alhamdulillah, ibadah hajinya sudah selesai," Bapak memberi kabar dari telepon genggamnya. Jam 23.17 WIB, seingatku.

Kutarik selimut meneruskan tidurku kembali disamping suamiku yang tetap lelap dengan mimpinya. Biasanya dia terbangun dengan mimpi yang sepertinya sama. Kukira sebagian adalah khayalannya saja.
"Ma, semalam Ayah mimpi, Kakak punya adik lagi, wajahnya mirip Kakak. Kulihat teliti, ya Kakak kecil itu dah. . ."

Selalu sama, selama 13 tahun.

Adzan subuh membangunkanku, kulirik testpack yang ada di laci meja.
"Jangan-jangan bulan ini hamil, siapa tahu doá yang kutitipkan bapak dan ibuku terkabul!."
Sempat gemetaran dan tak percaya, testpacknya muncul dua garis merah.
 "Ayah, lihatlah, Mama punya hadiah buat Ayah. . .".
Aku memeluknya, dia menangis haru.
 "Akhirnya kita bisa punya anak lagi!.''

Kujalani kehamilan ajaib ini dengan penuh hati-hati, mengingat usiaku yang tak lagi muda. Sampai kemudian menginjak usia 4 bulan, tiba-tiba muncul flek coklat di celanaku. Lemas dan deg-degan saat itu. Padahal minggu ini sedang proses pindahan ke rumah baru karena masa kontrakan kami sudah habis.
Dokter memberiku obat penguat kandungan. Aku disarankan  tidak melakukan aktifitas yang berat lagi.

Beberapa hari kemudian, kehati-hatianku tak juga berpengaruh banyak, bukan lagi flek coklat yang ada, namun benar-benar darah merah yang mengalir, seperti haid. Panik, tentu saja.
Suamiku bergegas membawaku ke dokter kandungan. Kali ini aku terpaksa pindah ke dokter yang lebih senior lagi. Ditemukan virus dan kelainan pada kandunganku.
Toksoplasma, posisi mulut rahimku dan plasenta previa yang membuat kandunganku gampang pendarahan, jika aku melakukan aktifitas yang sedikit berlebihan.

"Bedrest total!, buang air kecilpun harus pakai pispot ya..!.'' Sedikit memaksa dokter menasehatiku.

Demi impian, aku tak mengeluh sedikitpun. Suamiku juga sama, dia merawatku dengan sabar. Si kakak juga.
Mereka berdua melayani diri sendiri setiap hari, dari membuat sarapan sampai makan malamnya. Semua bersuka cita menyambut kehadiran adik kecil, perempuan, berambut ikal dan panjang, impian kami.

Sebelum aku hamil, ada satu penyakit yang aku derita, sampai berganti dokter beberapa kalipun belum ditemukan apa penyebabnya.
Mungkin karena hormonku sedang baik saat kehamilan, aku sedikit merasa lebih baik. Terkadang aku merasakan kelumpuhan, denyut nadi yang meningkat dan kelelahan yang sangat. Dokter bilang, itu hanya karena kehamilan dan akibat bedrest saja. Aliran darah menjadi tidak lancar sehingga aku sering mengalami kelumpuhan.

Belakangan diketahui, penyakitku adalah Hipokalemia, diakibatkan ada tumor yang tumbuh di kelenjar adrenalinku. Keadaan yang aku alami saat kalium darahku menurun adalah seperti lampu yang voltase listriknya sedang turun, kriyip-kriyip mau mati, he he. ., tiba-tiba lumpuh, berdebar, ketakutan yang sangat, berfikiran mau dijemput malaikat maut dan lebay, begitu kata suami dan anakku.
Penampilan fisikku tak berubah, namun tiba-tiba aku sudah terbaring di rumah sakit, karena aku mengeluh lemas, berdebar kencang dan mau mati.

Bulan ke 5 kembali terjadi pendarahan, aku diwajibkan kontrol seminggu sekali. Janin sewaktu-waktu bisa keluar jika kondisiku tak juga membaik.
Berbagai saran dokter sudah kuturuti, termasuk jangan banyak bergerak, walaupun ditempat tidur. Istighfar dan terus berdoá, berharap semua baik-baik saja.
Kulewatkan waktu dengan banyak membaca dan membuat kerajinan tangan, menyulam, untuk mengurangi kebosananku terbaring diam setiap hari, sampai menjelang kelahiran nanti, kurang lebih 4 bulan lagi.

Beberapa kali masih terjadi pendarahan, kulewati dengan beberapa kali  opname di rumah sakit, Masya Alloh, semoga aku di beri kekuatan.
Kusiapkan beberapa catatan, untuk suamiku, untuk kakak dan untuk calon bidadari kecilku.

Untuk suamiku, aku menitipkan pesan, jika kelak terjadi sesuatu dengan kami, utamakan keselamatan si adik. Kasihan, dia masih belum menikmati dunia, biarlah dia selamat terlebih dahulu.
Aku juga menuliskan catatan cara membesarkannya walaupun tanpa aku.

Untuk anak laki-lakiku, aku berharap dia menyayangi sang adik, layaknya angan-angannya dulu jika kelak dia diberi kesempatan mempunyai teman hidupnya, adik perempuan berambut keriting dan panjang.

Ada beberapa tulisanku untuk si adik, sedikit menggambarkan siapa ibunya, seberapa cantiknya dan harapan-harapanku terhadapnya kelak.

Bukan lagi menghitung minggu, hari demi hari yang aku lalui seperti ajaib menurutku.
 "Aku terbebas dari maut!." Begitu pikirku jika aku terbangun dipagi hari.
Kulakukan persiapan dengan perasaan yang tak menentu, antara senang dan ketakutan akan kematian.

Menjelang bulan ke 8 kesehatanku lebih baik. Aku sudah diijinkan turun dari tempat tidur, beraktifitas ringan walaupun jika terlalu berlebihan, tiba-tiba bisa terjadi kontraksi,

Karena beberapa kali masih juga terjadi kontraksi, akhirnya aku harus disuntik pematangan paru. Dikhawatirkan jika kontraksiku bertambah sering, akan berakibat janin lahir prematur. Sekitar 6 kali injeksi di masukkan ketubuhku, rasanya aneh setiap kali jarum suntik itu mengalirkan isinya. Tidak sakit, namun rasa geli yang panjang dan aneh. Sebelumnya juga pernah kujalani suntikan ini sebanyak 10 kali, di usia kandungan 6 bulanan..
Alhamdulillah, selalu ku ucap syukur usai menjalaninya.

Sampai minggu ke 34, berat janin masih di bawah normal. Aku diharuskan mengkonsumsi ice cream untuk membantu menaikkan berat badan janin.
Awalnya enak saja makan ice cream, tapi kalo setiap hari harus menghabiskan minimal 350 ml, neg juga rasanya.

Menjelang proses operasi, kepala adik masih di atas, tensiku juga masih tinggi, rata-rata 160/105. Suster dengan telaten menenangkanku dengan berbagai cara, hingga diketahui detak jantung bayi mulai melemah. Akhirnya dokter segera mengambil tindakan, operasi harus segera di lakukan.

Hari Selasa, jam 10.15 lahirlah bidadari kecil kami, cantik seperti ibunya, ehem. . .
Panjang 48 cm, berat badan 2,8 kg.
Alhamdulillah, kondisinya sehat, normal, begitupun aku.
Belum juga selesai merapikan jahitan, dokter menanyaiku, Äpa masih mau nambah lagi, Bu ?."
Spontan aku menjawabnya, "Mau, Dok..," dengan wajah bersemangat.

Was-wasku terbayar sudah. Hilang semua takutku melihat wajah tak berdayanya.
Aku harus sehat demi dia, si kecil yang kami nantikan 13 tahun ini. Apapun yang terjadi, aku harus bisa menemaninya, menjaganya sampai setua mungkin.

Ada yang lucu dengan tingkah si Kakak, sampai seminggu setelah adiknya lahir, dia sama sekali tidak tertarik menengoknya, sesekali saja dia melihat tanpa menyentuhnya. Pernah ku paksa untuk menyentuh adiknya, eh, buru-buru dia ambil air wudhu, bukan muhrim katanya.
Kakak baru terlihat bertingkah biasa setelah kurang lebih sebulan kemudian. Itupun masih saja terlontar pertanyaan, "Anak siapa ini, kok tiba-tiba ada di rumah kita?."

Karena kondisiku selama menyusui kembali menurun dan harus bolak balik opname, aku memutuskan menjalani operasi pengangkatan tumor setahun setengah kemudian. Penundaan tindakan itu di ambil karena aku masih ingin memberi ASI selama mungkin.

Sekarang kondisiku sudah benar-benar pulih, bisa menikmati keseruan menjadi seorang ibu kembali. Bersyukur setiap harinya, menjalani peran seorang ibu bagi dua anakku dan juga seorang istri yang baik adalah bentuk terimakasihku pada Alloh, bahwa aku sudah di beri kepercayaan seorang anak lagi, sudah disembuhkan dari penyakit yang sudah 5 tahun tidak diketahui penyebabnya.

Anakku. . .
Bukan lelah yang ingin ibu bagi
Namun semangat ibu berjuang untukmu
Kalaulah ada perasaan takut
Itu karena adik kembarmu yang bercokol di adrenal ibu
Maafkan ibu yang sempat berfikiran meninggalkanmu

Sekarang. .
Yuk. . kita songsong masa depanmu bersama
Dengan Ayah
juga Kakak.. .
Cinta kami semua
Untukmu. .



Tangerang, sambil momong anak


Tulisan ini semata -mata untuk menguatkan semangat teman-teman yang sedang berjuang mendapatkan anak, semoga bermanfaat.

Trimakasih mbak #GADianOnasis atas kesempatannya berbagi cerita.

Temans,Yuks ikutan lomba ini di http://www.dianonasis.com/2017/02/ga-perdana-dian-onasis-tema-anak-itu.html


Beberapa catatan :

- Toksoplasma   : Virus yang bisa mengakibatkan kecacatan pada fetus/janin.

- Placenta Previa : Kondisi dimana seluruh atau sebagian placenta menutupi jalan lahir bayi, pada kondisi normal seharusnya bergerak naik ke atas menjauhi mulut rahim.

- Hipokalemia : Kondisi kekurangan kalium dalam darah. Ada tulisan tentang penyakit ini di postinganku sebelumnya. http://space-mama.blogspot.co.id/2015/02/aku-sembuh-dari-hipokalemia-semoga.html

- Kelenjar Adrenal : Kelenjar yang meproduksi hormon adrenalin, hormon yang mengatur dan memacu aktifitas jantung, metabolisme glukogen terutama saat stres, menstimulasi otak menjadi waspada dan lebih sensitif.




5 komentar:

R. Wahyu mengatakan...

Buat sahabat setiaku Viera Uno, thanks. . anaku juga anakmu loh. .

Dian Onasis mengatakan...

terima kasih atas tulisan dan keikutsertannya ya mbak

R. Wahyu mengatakan...

Sama2 mbak. .

Hani mengatakan...

Terharu bacanya Mbak. MasyaAllah harus bedrest berbulan ya. Sehat selalu yaa untuk Mbak, suami dan anak-anak.
Doakan anak-mantuku yang sedang berusaha juga...

R. Wahyu mengatakan...

Makasih sudah mampir, mbak Hani tinggal dimana? aku sempat berobat juga sih, cuma gak ku critain di sini. .
Trimakasih do'anya, aamin, sehat jg buat mbak sekeluarga. .